Catatan Saya tentang Mereka Orang Papua

By Hulivili Pro-Mitglied - https://www.flickr.com/photos/hulivili/4776209889/in/set-72157624620226874/, CC BY 2.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=11094630

Mendengar kata Papua, istimewa sangat buat saya. Saya tertarik mengikuti banyak berita dan perkembangan tentang banyak hal di tanah Papua dari berbagai media. Mulai dari konflik bersenjatanya, cerita-cerita tentang daerah pedalamannya, tentang Kotekanya, tentang divestasi Freeport, cerita tentang riak-riak Papua yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Semua masih saya ikuti sampai sekarang.

Karena kiprah dan kecimpung saya adalah di dunia tatragraha, tentu yang akan menjadi catatan saya dalam hal ini adalah catatan-catatan saya tentang Papua dan tatagraha


Pertama-tama yang ingin saya ceritakan adalah apa yang tidak mengenakkan dari sebuah interaksi dengan ‘orang tak dikenal’ di dunia maya. Saya sebut orang tak dikenal karena memang kami sama-sama tidak saling kenal sebelumnya. Yang dimaksud bukan semacam istilah OTK kayak di berita-berita itu tentunya…

Bertemu konsumen, dari yang malas baca sampai yang curiga

Konsumen yang malas baca ini biasanya menanyakan lokasi, pengiriman darimana, lokasi toko dimana. Ini sebenarnya masalah klasik, yang mana memang budaya baca orang Indonesia itu terendah kedua di dunia dari atau peringkat 61 dari 62 negara menurut Kepala Perpustakaan Nasional Muh. Syarif Bando. Sumber 

Ini merupakan ketidak enakan pertama yang paling banyak terjadi pada pelapak online macam saya, namun demikian itu sifatnya minor. Dalam hati saya : mbok tolong di scroll 2 x aja profil sudah ada, video ada, map ada, telp fix line ada. Apakah sesulit itu menemukan kami ada dimana? Yang lebih menjengkelkan adalah menutup telpon dengan tiba-tiba setelah tahu lokasi ada bukan di kota yang sama. Hal lain yang sering ditanyakan adalah contoh gambar, harga, bahan atau deskripsi ukuran. Terkadang hal seperti ini saya maklumi meskipun kadang saya juga hanya membalas dengan link atau tautan ke alamat web saya. Masak iya saya harus ketik ulang sedangkan informasi tersebut kalo meminjam istilah Syahrini ”sudah terpampang nyata” di website beserta contoh-contohnya dan deskripsinya secara detail.

Hal yang sering saya temui adalah masalah ketidakpercayaan terhadap penyedia. Untuk hal ini saya masih memaklumi. Memang perlu keyakinan yang sebenar-benarnya bagi setiap orang untuk berani melepaskan uang jutaan, bahkan puluhan juta untuk bertransaksi dengan orang tak dikenal macam saya. Sederhananya, kenal aja tidak kok berani-beraninya bertransaksi dengan saya dalam nominal yang besar.

Namun demikian, saya juga tidak pernah memberikan janji-janji atau meyakinkan. Let it flow aja. Saya yakin sebagaimana kata Sayidina Ali yang lebih kurangnya : Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu. Bagi saya, jika percaya dan sudah menjadi rejeki saya, ya pasti akan order ke saya. Puluhan orang bahkan saya kirimi barang sebelum kewajiban pembayarannya terpenuhi. Satu dua orang harus saya tagih berulang-ulang untuk pelunasan.

Dan mungkin modal saya sama dengan Anda, modal saya hanya percaya dan berusaha memberi kemudahan untuk orang lain.

Pernah ada calon konsumen yang bertanya kepada saya :

Apa jaminannya anda tidak akan menipu saya?” 

Waah itu pertanyaan yang berat untuk saya jawab.

Untuk itu dalam tulisan saya kali ini, saya akan mengulas 5 langkahwajib yang harus Anda lakukan agar Anda bisa bertransaksi online dengan aman dan nyaman.  

  1. Pastikan Anda membaca company profile. Tentu namanya profil didalamnya ada alamat kantor atau domisili, ada fixline atau nomor telpon tetap yang bisa Anda akses, ada portofolio dan riwayat-riwayat pekerjaan singkat yang pernah dikerjakan. Lebih akurat lagi jika Anda mencocokkan dengan jejak digital di google. Di era milenial ini google telah menyediakan segalanya.
  2. Membaca review dan reputasi pelapak (penyedia) : ini penting dan wajib Anda lakukan khususnya jika Anda bertransaksi di marketplace semacam bukalapak, tokopedia, shoope, jdid dan sejenisnya. Naah… di jejak profil dimarketplacenya juga harus Anda pastikan sama dengan website pribadi jika Anda mengakses website diluar marketplace.
  3. Lihat umur penyedia : umur penyedia ini bisa dilihat dengan banyak cara. Kalo di marketplace biasanya selalu ada keterangan di profil : bergabung sejak … ….. 2015. Kalo di website saya ini tersedia di bilah sisi kanan dari layar smartphone Anda. Ada daftar kapan saya memulai merintis website ini. Sempatkan juga mencari kapan terakhir penyedia ini aktif. Jangan sampai Anda bertransaksi dengan penyedia yang sudah tidak aktif dalam beberapa bulan atau bahkan tahun.
  4. Pastikan selalu membaca deskripsi barang yang akan Anda beli. Pastikan Anda membeli sesuai apa yang Anda butuhkan, mulai dari ukuran, ketebalan, model, berat, contoh yang ada semua sesuai dengan apa yang ada di deskripsi dan sesuai dengan yang Anda cari.
  5. Jangan segan untuk bertanya hal-hal yang bisa membuat Anda yakin. Misalnya : target waktu penyelesaian, progress, cara atau mekanisme pembayaran dan hal-hal lain. Sah-sah saja jika Anda mengeluarkan jurus pertanyaan-pertanyaan jebakan, yang Anda yakini bisa membuat Anda makin yakin dengan penyedia dimana Anda akan bertransaksi.

Lima hal itu tidak boleh tidak Anda lakukan. Boleh Anda lengkapi dengan langkah-langkah lain jika dirasa masih kurang lengkap. Satu pesan lagi : akan lebih baik jika Anda menjaga komunikasi dua arah dengan baik. Bagaimanapun memang pembeli adalah raja dan dalam hal ini Anda memang raja. Namun demikian, biasanya raja yang angkuh tidak akan dipatuhi oleh rakyatnya seperti kata pepatah : ”raja adil raja disembah, raja lalim, raja disanggah”


Lalu apa hubungannya dengan Papua ??

Justru itu yang mau saya tanyakan. Kenapa orang papua selalu ‘memperlakukan’ saya dengan sangat-sangat baik. Dari tahun 2015 saya berkecimpung di dunia pemenuhan tatagraha saya telah berinteraksi dengan puluhan suku dan ratusan orang dari berbagai belahan nusantara.

Mulai dari sudut pulau Aceh, yang kini tarif penerbangannya ke Jakarta lebih mahal daripada Malaysia – Jakarta. Mulai dari sebuah kota di sudut pulau Kalimantan yang jarak tempuhnya butuh waktu 15 jam dari kota Balikpapan. Saya pun pernah layani. Apalagi area Jawa dan Sumatra, itu makanan saya sehari-hari, konsumen reguler saya sehari-hari terbanyak dari pulau Jawa dan Sumatera.

Ketika saya menyebut pulau, menyebut identitas RAS Papaua, maka yang saya rasakan adalah kontradiksi yang teramat sangat. Gambaran dan juga mindset banyak orang tentang Papua yang banyak diidentikkan dengan separatis, kasar, wajahnya seram-seram, banyak pula yang menganggap Papua itu terbelakang, itu tidak ada sama sekali di mata saya selama berinteraksi dagang dengan mereka.

Faktanya, sepanjang saya berkecimpung dengan mereka, tidak pernah menemukan ketidaknyamanan dalam bekerja. Orang Papua itu cerdas, semua pertanyaannya berbobot, revisinya tajam. Mampu merevisi content sampai sampai ke tingkat yang dasar dan dalam. Saya pernah membuatkan brosur untuk presentasi seorang Kepala Puskesmas (yang tidak saya sebutkan namanya disini). Kalo di Jawa mungkin namanya RBA atau semacam RSB. Saya mendapatkan conten yang cukup menarik dan memang layak untuk mendapat support dari UNICEF. Materi yang dikirimkan jelas, bahasa komunikasi baik, foto-foto lengkap dan tepat sasaran. Menurut saya ini memang top… Dokumen yang berlembar-lembar mereka rangkum dan sajikan lengkap dalam sehelai kertas

Ini jua yang memantik ingatan saya pada masih banyaknya relasi saya, yang faktanya banyak sekali yang masih mengirimkan materi order seadanya. Hanya dengan ”modal” foto hasil kaji banding (kaji tiru). Tinggal jeprat jepret, kirim, buatin seperti ini. Titik.

Orang Papua juga sangat menghargai ucapan terima kasih. Setiap kali penerimaan barang, mereka selalu konfirmasi barang sudah diterima, disertai ucapan terimakasih  yang benar-benar mengapresiasi sebuah karya lebih dari cukup. Kebanyakan mereka sangat jauh dari kesan arogan, tidak sikap sok birokrat. Ini yang menarik buat saya dan tidak banyak konsumen saya di pulau lain atau etnis lain yang seperti itu.

Satu hal yang tidak kalah pentingnya, saya belum pernah bermasalah dengan urusan pembayaran dengan konsumen dari Papua. Dan banyak sekali konsumen saya yang saya kirimkan begitu saja barangnya ke Papua meskipun terbayar sepenuhnya.

Sebagai produsen dan sekaligus pekerja seni, saya sangat bangga karya saya bisa dipakai dan turut mewarnai tanah Papua, bertebaran menghiasi sudut-sudut Puskesmas, klinik maupun rumah sakit-rumah sakit di Papua. Terkadang memang saya menyadari, kesenjangan pemerataan sarana dan teknologi menjadikan beberapa wilayah di Papua kurang mendapatkan unsur ”art” dalam konteks teknologi. Seperti misalnya produk-produk akrilik, poster-poster, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan teknologi digital. Disisi lain untuk mendatangkan dari Jawa membutuhkan cost ekstra dan juga waktu yang cukup lama. Pengiriman ke Papua biasanya membutuhkan biaya kirim 2 – 5 x lipat besarnya dibandingkan dengan pengiriman ke kota-kota lainnya.

First Priority untuk Papua

Sebagaimana menjadi salah satu misi saya, yakni menghapus kesenjangan dan dispartas  (atau selisih harga) nilai ekonomi atas sebuah karya yang baik. Saya selalu berusaha menghadirkan barang yang baik dengan harga sama. Saya pasti memberikan prioritas lebih kepada setiap orang Papua yang membutuhkan kemampuan yang saya miliki dan juga karya-karya kecil saya.

Banyak sekali kemudahan-kemudahan dan prioritas yang memang saya buat beda dengan kota-kota atau pulau lain yang juga menjadi konsumen saya. Seperti misalnya : prioritas proses yang lebih cepat : saya pernah menyelesaikan order seorang konsumen di Papuaa dalam waktu selisih dengan jadwal survey akreditasi kurang dari seminggu. Lazimnya biasanya orderan seperti itu akan saya tolak karena waktu terlalu mepet dan sangat riskan untuk tidak mampu saya penuhi.

Prioritas lain yang saya berikan adalah pembayaran uang muka serendah-rendahnya, ongkir yang win-win solution sampai dengan subsidi ongkir, dan karya-karya inovatif terbaik dari saya. Semua itu tentu atas dasar kecintaan saya kepada tanah Papua, kepada orang Papua dan sebagai bentuk apresiasi timbal balik atas segala kebaikan serta kepercayaan seluruh konsumen saya dari Papua yang telah terjalin dengan baik selama ini. Oiya, tidak sedikit pula konsumen dari Papua yang pernah menginjakkan kaki di galeri saya, Galeri Hasna Nareswari. Beberapa diantaranya order barang lalu kerabat mereka yang kebetulan tinggal di Jogja datang mengambil barang dan mengirimkannya sendiri.

Sebagai penutup, Papua juga menjadi salah satu destinasi wisata yang saya idamkan. Yang entah kapan saya bisa sampai kesana. Wallahu a’lam.

 


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *